Luna dan Kala
Luna dan Kala

Luna dan Kala

Aku menjatuhkan hati kepada Senja. Aku mengaguminya dari kejauhan hanya untuk diam sejenak menatap kemerahan yang ditawarkan. Mengapa aku begitu jatuh hati? Mungkin, karena terkadang aku tidak rela malam melahap siang begitu cepat; atau mungkin aku tertarik dengan senja tanpa alasan–mungkin. Jarang aku mempertanyakan “Mengapa Senja berwarna merah?” Sampai disuatu waktu, Padrè menjabarkannya. Mulailah dengan mengetuk alunan musik karya Gardika Gigih yang aku sertakan di bawah; lalu baca, resapi, dan dengungkan percakapan ini disetiap ingatanmu.

Luna: Kala, kenapa langit Senja memerah?
Kala: Kamu pernah terluka?
Luna: Pernah.
Kala: Apa warna darahnya?
Luna: Merah.
Kala: Dulu Pagi itu kekasih Malam.
Luna: Lalu?
Kala: Malam berkhianat, jatuh cinta pada Eleanor, sang bintang.
Luna: Lalu?
Kala: Pagi balas dendam, bercinta dengan Senja.
Luna: Lalu apa yang hubungannya dengan langit yang memerah?
Kala: Pagi tak pernah benar-benar mencintai Senja, Malam tak pernah meninggalkan Eleanor sang bintang, siapa menurutmu yang paling terluka?
Luna: Senja, jadi alat balas dendam yang percuma.
Kala: Kamu tau apa warna darahnya?
Luna dan Kala: Merah.

2 Comments

Leave a Reply to DN Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!