Jurang Pemisah
Jurang Pemisah

Jurang Pemisah

“Kami tidak sama lagi seperti dahulu; diantara kami terdapat jurang pemisah.”

Sendu, sore itu. Sang surya enggan menampakkan rupanya dan hujan malu-malu untuk bertandang; hanya abu-abunya awan yang terlihat di langit. Keceriaan kami terhenti seketika; saat seseorang mulai membahas mengenai “jurang pemisah.” Aku hanya terdiam, mengamati dan mencoba memahami jalan cerita yang dijabarkan. Adanya peran utama yang “dituduhkan” mencoba menjelaskan. Satu per satu bergantian mereka menyanggah, mengeluarkan pendapat seakan ingin menghakimi siapapun yang berada di depan. Apa ini yang disebut keluarga? Sinar lampu jalan yang mulai menyilaukan mata dan terkadang mengganggu pandangan. Masing-masing menampakkan raut wajah yang berbeda-beda.

Aku heran. Lagi-lagi topik ini dibahas; mengenai jurang pemisah yang pasti terjadi dalam suatu komunitas. Sepertinya, mereka harus banyak belajar tentang kehidupan sosial dan tidak sesekali melihat segala sesuatunya dengan nalar. Naluri yang sangat wajar, bila kita memilih siapa teman kita; siapa yang dekat dengan kita; siapa yang ingin kita ajak liburan. Tetapi, mengapa ini diperdebatkan? Masih teringat jelas di benakku; ketika ia berkata “Aku tahu kakak nggak akan punya pikiran seperti mereka.” Aku membalasnya dengan senyum simpul; sedikit terhenyak batinku– ketika menyadari aku salah seorang yang dituakan dan aku hanya terdiam membisu.

Aku marah terhadap diriku sendiri. Aku kecewa dan bergumam; “Apa yang terjadi dengan keluarga ku ini?”

🙃

Hari ini, ketika tahun sudah berganti menjadi baru; aku pun melihat tidak ada perubahan. Sikap yang saling menghakimi dan penciptaan “jurang pemisah” tetap terjadi. Lalu aku memutuskan untuk menjaga jarak; kalian tetap keluargaku. Tetapi, bagaimana aku bisa bertahan bila yang kalian ciptakan hanyalah rasa tidak nyaman?

Skate BMX, Surabaya.

2 Comments

Leave a Reply to DN Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!