Kehilangan adalah rasa yang tidak ingin dialami oleh banyak orang. Aku mengalaminya, dua kali–dengan orang yang sama. Jangan ditanya, rasanya menyakitkan. Jangan dicoba, itu tidak menyenangkan. Jika memang suatu hari nanti aku berani untuk jatuh cinta lagi, ijinkan aku berhenti dan menikmati satu hari ini saja? Hingga detik ini aku masih mencintai satu orang yang sama, dan tidak ingin ku menggantimu. Meskipun, aku tahu kamu tidak lagi mencintaiku. Hanya saja, aku sudah nyaman. Kebanyakan orang mengatakan “Kamu terlalu mengada-ada” dan aku akan terus menjawab “Tetapi, itu kenyataannya” 🙂
Mereka beranggapan, bagaimana bisa aku masih mencintaimu dengan hubungan yang masih seumur jagung; ah jagung pun belum mengeluarkan bonggolnya. Cinta ini tidak bisa lagi ku ungkapkan kepadamu. Ingin bertemu, tidak bisa. Ingin menyapa, tidak berani. Ingin perhatian, takutnya mengganggu. Ingin memeluk, siapa aku bagi mu? bukan siapa-siapa lagi. Siapkah aku untuk jatuh cinta lagi? Aku tidak tahu. Tidak berani aku menghadapi yang akan datang. Membayangkan masa depan saja aku tidak sanggup. Jika di masa depan ada cinta yang disediakan untukku, cinta yang baru; apa yang harus ku lakukan? Menghadapinya? Aku tidak mau. Aku masih nyaman dengan yang lama, denganmu. Sampai kapan aku tetap mencintaimu? Oh betapa begitu berarti dirimu, bagiku. Masih memiliki rasa mencintai terhadapmu; menciptakan rasa nyaman yang sempurna. Meski bila di telaah, itu hanyalah kenyamanan semu dan aku tetap kesepian. Aku tidak pasrah, sudah menjadi pilihanku untuk tetap tinggal dalam situasi ini. Kupilih sepi sebagai sofa yang empuk untuk selamanya aku duduk memandangi kenangan, satu demi satu. Mencintaimu itu derita yang dengan sukacita kurawat.
Tidak apa. Aku yang mau.
Masih di tempat yang sama, dengan rasa yang sama pula.