
2021 | Hari yang dinanti telah tiba. Aku menyadari, ilmu berkemas mulai memudar. Awalnya aku ingin menggunakan tas ransel biasa berganti tas kelir 55 L. Sesungguhnya, aku bingung saja–mau semua dibawa tanpa menggulung-gulung. Pokoknya, semua harus dibawa! Entah nanti dipakai atau tidak menjadi urusan kelak. Kami berdua memilih berangkat malam menggunakan kereta, agar sesampainya di Solo segera istirahat dan keesokan paginya bersiap berpetualang. Saat perjalanan menuju stasiun, aku mendapat pesan darinya “Terima kasih ya dek sudah mau berjuang mewujudkan jalan-jalan kita.” Aku terharu, sambil mengetik balasan yang berbunyi, “Haha, iya kak! Kakak juga lho!” 🤗 Kereta Api Indonesia (KAI) tidak pernah mengecewakan, jauh-dekat kualitas selalu sama dan sangat memuaskan. Aku menaiki Kereta Eksekutif Turangga, berangkat dari Surabaya Gubeng pukul 18.45 WIB dan sampai di Solo Balapan pukul 21.45 WIB. Karena ini menjadi kelana pertama di tahun 2021, sesuatu yang baru aku ketahui adalah KAI membagikan masker dan tissue basah kepada setiap penumpang.
Sesampainya di Stasiun Solo Balapan, aku bergegas mencari tempat duduk dan membaca buku. Aku menunggu dia, teman seperjalananku; Kak Angel! Ia akan sampai sekitar pukul 01.11 WIB. Saat kereta melaju kencang meninggalkan stasiun; yang terdengar hanya hembusan angin dan orang-orang berbicara dari kejauhan. Stasiun hening, aku rasa tidak akan ada lagi kereta yang melintas–aku mulai melamun memandang sekitar dan bergumam, “Oke baik, sepi ternyata.” Dan melanjutkan membaca buku yang sengaja kubawa untuk membunuh waktu. Tak lama kemudian, sesosok pria berbadan tegap mendatangiku dan menegur, “Mbak, mau pergi kemana?” Sambil memandangi dadanya yang bertuliskan “Satpam,” aku menjawab; “Menunggu kakak, pak. Ia datang sekitar jam satu pagi. Ia datang dari Jakarta. Tidak apa-apa kan ya pak?” Ia mengangkat tangan kiri untuk melihat arlojinya. “Oh gitu, tidak apa-apa kok mbak.” Kemudian aku pun, mengucapkan terima kasih sambil menganggukan kepala padanya. Syukurlah, aku diperbolehkan untuk menunggu di dalam stasiun.

Satu jam berlalu, aku pun mulai bosan membaca. Aku merenggangkan badan, dan berjalan kecil di sekitar tempat dudukku. Restoran dan tempat membeli oleh-oleh tutup. Para satpam berada di seberang kejauhan berada di dekat pintu keluar. Pegawai stasiun yang bekerja di waktu malam pun berada dalam ruangannya masing-masing. Sesekali, keheningan malam dipecahkan oleh gelak tawa petugas kebersihan yang bercerita lucu sambil terus mengusap kursi dari debu dan noda. Membosankan ternyata menunggu, aku mulai mengeluarkan kamera dan memotret sekitar. Terdapat fakta unik yang aku dapatkan, saat membaca cerita mengenai Stasiun Balapan melalui Google. Ternyata, dahulu lahan Stasiun Balapan adalah alun-alun utara milik Keraton Mangkunegaran. Alun-alun tersebut memiliki arena pacuan kuda, dan dikenal dengan lomba balapan; berdasarkan KBBI memiliki arti adu kecepatan. Itu mengapa, bersandinglah kata “Balapan” di Stasiun Solo Balapan 😀 Stasiun ini juga menyandang gelar stasiun besar tertua, setelah Stasiun Semarang Tawang.
“Dek, sudah pemberitahuan nih mau sampai.” Pesan singkat dari kakak, membuatku bergegas membereskan barang-barang. Buku bersampul kuning itu kumasukkan kembali dalam tas, menggendong tas kelir, berjalan menuju dimana gerbong tujuh berada, diam-diam menyiapkan kamera dan memotret si kakak 😋 Perempuan berkulit sawo matang itu berjalan tanpa menyadari hadirku, menggunakan hoodie berwarna kuning kecoklatan, tatapan mata yang sudah mulai sayu karena kelelahan pun terlihat. Aku mengagetkan dengan mendesis “Psst!” hingga tiga kali, dia baru sadar bahwa itu aku. Ingin berpelukan, tetapi masih kotor HAHAHA. Teriakan “Kangennya!” terus menerus terucap dari bibir kami berdua. Seperti tidak menduga–segala yang direncanakan terlaksana juga. Kami pun bergegas berjalan menuju penginapan, dengan berjalan kaki. Yash! Kami mencari penginapan dekat stasiun, karena prinsipnya yang terpenting adalah bisa istirahat dengan nyaman. Itu mengapa, kami memilih Hotel Loji. Malam itu kami berjalan sambil mengobrol, bertukar cerita hingga tidak sadar bahwa kami semakin menjauhi penginapan HAHAHA–salah arah ternyata.
Pengalaman ini memang tidak boleh dilupakan,
karena ini menjadi perjalanan pertama setelah sekian lama harus “berdiam saja” di rumah 💕
