Tidak kusadari, ternyata, membutuhkan enam tahun untuk bercerita tentang latar layar yang digunakan pada jejaring web pemaniskata ini. Pada Bulan Maret 2019, aku mendapatkan kesempatan bertandang ke Pulau Lembata. Momen itu adalah yang pertama kali untukku mendengar nama Lembata, tentu aku bertanya-tanya, berada dimanakah pulau tersebut. Saat aku menelusuri, pulau ini terletak diantara Kepulauan Solor, yang termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan ibu kota kabupatennya di Lewoleba. Sebelum resmi menggunakan nama ‘Lembata,’ pulau ini dikenal sebagai Pulau Lomblen (sebutan yang digunakan pada masa penjajahan Belanda) dan muncul di berbagai peta kuno.
Kala pertama untukku mendarat di Bandar Udara Wunopito; dari kaca jendela pesawat ATR aku sudah terkesima atas keindahan pulau ini. Antusias begitu terasa, perjalanan dari Kupang yang memakan waktu 55 menit itu terasa singkat. Mataku menangkap mural yang begitu indah di bawah tulisan bandar udara; seakan sengaja dibuat menjadi latar belakang untuk mengabadikan kenangan. Awalnya aku sempat ragu-ragu mengartikan maknanya, namun, aku semakin yakin saat banyak mengobrol dengan penduduk lokal mengenai kebudayaan-kebudayaan yang ada di Pulau Lembata. Salah satu daerah di pulau ini yang dikenal dengan Lamalera–memiliki tradisi perburuan paus yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Bisa kita lihat bersama pada mural, adanya seekor paus (yang menggambarkan budaya maritim masyarakat Lembata) dengan dikelilingi perahu kayu tradisional (peledang) yang digunakan untuk berburu paus, dan seorang nelayan dengan tombak siap memburu paus. Kemudian laut biru, langit cerah, dan gunung yang kemungkinan mewakili Ile Ape. “Ile” berarti gunung dan “Ape” berarti api, dalam bahasa Lamaholot memiliki arti “Gunung Api.” Masyarakat Lembata percaya bahwa Ile Ape adalah Ibu Tanah atau “Ina Tana” yang menjadi penjaga kehidupan dan memberkati ladang dengan abu suburnya.
Makna filosofis pada mural tersebut membuatku untuk menjadikannya latar layar halaman depan pemaniskata. Birunya langit dan laut dan teduhnya suara ombak menghipnotisku dan menyamankanku. Bila ada kesempatan, aku ingin kembali ke Lembata untuk sekedar menikmati keindahan dan keunikan budaya di dalamnya.
