Ya’ahowu!
2017 | Salam yang tidak terdengar asing bila kita berada di Tanö Niha yang memiliki arti Tanah Nias. Ini kali pertama aku berkunjung ke Nias, kepulauan yang berada di sebelah barat Sumatera Utara. Awalnya aku tidak pernah berpikir sekalipun di tahun ini akan berpergian ke Nias; tetapi Tuhan berkehendak lain. Aku mendapat pekerjaan selama dua minggu berkeliling Sumatera Utara untuk membantu teman (Psst! betapa beruntungnya aku!) mendokumentasikan wisata yang ada di provinsi ini. Petualangan ini dimulai saat ku menginjakkan kaki di Bandar Udara Binaka. Bandara kecil yang aktivitas didalamnya cukup ramai dan padat. Perlu diketahui bahwa Nias begitu populer dikalangan peselancar karena memiliki ombak yang tinggi nan indah. Kebanyakan orang akan memilih menggunakan taksi atau travel untuk menuju ke tempat tujuan; dan para peselancar biasanya memilih langsung ke Nias Selatan menggunakan travel. Tips 1, cari tahu informasi sebanyak-banyaknya! Ada dua jalan menuju Nias, yaitu melalui jalur udara menggunakan pesawat (dari Medan) dan jalur laut menggunakan kapal (dari Sibolga).

Sebelumnya, karena aku memiliki latar belakang seorang Antropolog. Ada hal menarik yang bisa dipelajari dari kata Ya’ahowu. Bila disama-artikan serupa dengan Masyarakat Batak Toba yang menggunakan kata Horas atau Masyarakat Batak Karo yang menggunakan kata Mejuah-juah untuk menyapa. Diambil dari Media Warisan Edisi No. 5 tahun I juni 2000, hal 7 menyatakan bahwa kata Ya’ahowu terdiri dari tiga kata yang sudah dipadukan sehingga mendapat bentuk kata baru dan mempunyai arti tersendiri pula. Ketiga kata itu, ialah: 1) Howu, 2) A, dan 3) Ya.
Pertama, howu dalam bahasa daerah Nias berarti bagian yang lembut, segar dan sedang tumbuh atau berkembang pada suatu tanaman. Sebagai contoh ialah howu lewuö terjemahannya rebung, howu gae artinya bagian tengah batang pisang yang lembut, berwarna putih, segar dan sedang bertumbuh, howu nohi adalah bagian dalam pada puncak pohon kelapa yang berwarna putih, lembut, enak dimakan dan sedang bertumbuh. Kedua, vokal ‘a’ pada kata ahowu, adalah awalan yang berfungsi menyatakan sifat dari kata yang diawalinya. Jadi bila howu duduk sebagai kata benda maka ahowu duduk sebagai kata sifat. Sehingga ahowu artinya mempunyai sifat seperti howu. Ketiga, kata ‘ya’ adalah awalan yang berfungsi menyatakan bentuk optatif (kata-kata yang ada hubungannya dengan penyusunan sebuah kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan) pada kata ahowu. Contoh: “ya’i’a ia mao” artinya semoga kucing memakannya. Untuk kata sifat “Ya’atulö ndra’ugö mane marafadi” artinya semoga anda tulus seperti merpati. Jadi Ya’ahowu artinya ialah semoga lembut, segar dan terus bertumbuh seperti howu. Pada umumnya pengartian dan pemaknaan kata Ya’ahowu diterjemahkan dengan “selamat”, tetapi tidak menampung persis arti yang sebenarnya sebab “selamat” pengertiannya menuju kepada terbebaskannya dari sesuatu bahaya atau maut dan sebagainya.
Menurut Daeli, MJ (2007) Dalam budaya Ono Niha (Orang Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup bersama yang termakna dalam salam Ya’ahowu (dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut terkandung makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan diberkati oleh Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap perhatian, tanggungjawab, rasa hormat dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap demikian berarti orang tersebut memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan orang lain: tidak hanya menonton, tanggap, dan bertanggungjawab akan kebutuhan orang lain (yang diucapkan: Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang tidak terungkap, serta menghormatinya sebagai sesama manusia sebagaimana adanya. Mangandung makna “Saya mengenalnya dan mengontak diri saya dengannya dari dalam inti diri saya, bukan dari batas luar diri saya”. Jadi makna yang terkandung dalam Ya’ahowu tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama.
Lumayan panjang ternyata ya. Tetapi, tidak apa-apa. Bukankah berlibur sambil mempelajari budaya setempat menyenangkan? Hehe. Terlebih lagi di Kota Gunungsitoli terdapat Taman yang bernama Taman Ya’ahowu. Taman ini terletak di sepanjang bibir laut yang ternyata adalah Samudera Hindia. Duduk-duduk sambil menikmati angin laut sembari menunggu matahari terbenam adalah hal yang tepat dilakukan 🔥 Langit sembur bertabur warna kuning yang tiba-tiba berubah menjadi jingga bercampur dengan ungu. Begitu memanjakan mata! Senja terbaik yang pernah aku nikmati adalah di pulau ini! Sore itu juga, kami haus akan senja. Ada yang berbeda mencari senjadi di Nias, ah! Matahari mulai terbenam pukul setengah tujuh malam. Kali ini aku tidak terkecoh, pukul enam sore langit masih terang– masih banyak remaja paruh baya bermain bola di lapangan. Terima kasih Tuhan, aku diberi kesempatan melakukan perjalanan ini! 😁
Referensi
Daeli, MJ (2007) Makna Sapaan “Ya’ahowu” bagi Ono Niha. Nias Online’s Website. http://niasonline.net/2007/06/09/makna-yaahowu-bagi-ono-niha/