Selamat Tahun Baru? Yep, aku membubuhkan sebuah tanda tanya, dan benar aku mempertanyakan tahun yang baru ini. Rasa takut menjadi pemeran utama–tidak ada pemeran pengganti; takut akan terus menjadi pemeran utama satu-satunya. Mengawali tahun 2022 dengan tertatih-tatih bahkan hingga hari kesembilan ini aku masih tersengal-sengal, seraya tidak mampu. Raga ini ambruk, tumbang, dan lara; aku terbaring lemas di tempat tidur kamarku. Tidak melakukan apa pun, hanya mencoba untuk tertidur. Dua puluh empat jam terasa lama, obat silih berganti ku telan, termometer tiap tiga jam sekali harus mengukur suhu tubuhku, dan kompres yang akan terus kembali didinginkan bila mulai panas. Apapun makanan yang berada di mulutku, terasa hambar. Tidak enak. Aku lelah dan terus berjuang untuk pulih.
Sampai-sampai, aku merayakan hari ulang tahunku di atas tempat tidur. Tidak ada yang istimewa, hanya aku dan keluarga. Tidak ada tiup lilin, ataupun hingar bingar perayaan–hanya ucapan-ucapan manis dari beberapa teman dekat ๐ Satu sisi, aku mulai kembali mensyukuri segala yang ada hingga detik ini. Hadiah terindah bagiku adalah sebuah persahabatan yang tidak dapat digantikan dengan apapun! Terima kasih Tuhan, untuk persahabatan yang tetap bertahan hingga di usiaku yang ke-29 ini. Tanpa mereka, aku bukanlah siapa-siapa. Karena mereka, aku menjadi seseorang–menjadi sahabat yang terbaik pula untuk mereka. Terdapat sebuah ucapan yang akan menjadi pijakan di tahun 2022 ini:
Selamat bersyukur hei kamu ๐ Jalan hidup tidak akan selalu lurus, pasti ada naik turun atau belok ke kanan dan kiri. Percayalah pada dirimu sendiri kalau semua akan bisa dilewati. Tetap mengasihi orang-orang, tetapi yang terpenting kasihilah dirimu sendiri terlebih dahulu ๐ Hidupilah mimpi-mimpi dan tetaplah berpengharapan! Stay happy and keep growing ๐ป
Menghangatkan hati sekali ๐งก Memiliki sahabat itu memang harta yang patut untuk dijaga. Aku menyadari, rasa takut muncul di setiap kita; aku, kamu, kita memiliki rasa takut. Sama-sama memiliki ketakutan untuk kejutan-kejutan yang Tuhan berikan di tahun 2022. Apakah kita mampu dan sanggup untuk menghadapinya? Atau malah kita akan undur, dan tidak berbuat apa-apa? Aku tidak tahu. Semoga saja kita menjadi pribadi yang cakap mengambil sebuah keputusan. Awalnya, aku pun merasa khawatir; sembilan hari sudah berlalu dan aku belum melakukan apa-apa? Sungguh, aku hidup hanya sia-sia? Sempat terbesit. Lucunya, hari lalu atasanku menelepon untuk menanyakan kabar, kami mengobrol, saling bercerita hingga beliau mengatakan: “Jangan terlalu banyak refleksi mbak, yuk diikuti saja.” Saat mendengar kalimat beliau, aku sempat tersenyum tipis dan menganggukan kepala kemudian menjawab; “Iya bu, siap.”ย Selepas menutup telepon, aku kembali terlena dalam angan–kembali melamunkan pernyataan beliau. Sejemang terdengar bisikan “Jangan khawatir.” Sontak aku terdiam, mengaminkan, dan menarik selimut hingga menutupi hidung.
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash.